Permintaan Kosmetik Serta Obat Tradisional Meningkat Selama Pandemi!

15 Promo Kosmetik dan Skincare di Momen 12.12, Diskonnya Segambreng!

Selama pandemi covid 19, perminataan produk-produk kesehatan berupa produk herbal dan obat tradisional hingga kosmetik dan skincare meningkat. Itulah yang dikatakan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM, Penny K. Lukito.

Penny melalui Youtube forum ‘Pendampingan UMKM Jamu dan Kosmetika menjadi Wirausaha Mandiri dan Berdaya Saing’, mengatakan bahwa mereka bisa mengetahui dari meningkatnya jumlah pengajuan registrasi di BPOM.

Jumlah produk yang mengantongi izin edar selama pandemi ini naik signifikan berdasarkan data yang dimiliki oleh BPOM. Peningkatan obat tradisional sebanyak 25,24 % dari 7.286 berkas pada tahun 2019 hingga menjadi 9.125 berkas pada tahun 2020. Di lain hal, kenaikan 2,33 % dialami oleh registrasi kosmetik dari angka 73.810 pada tahun 2019 hingga menjadi 75.730 oada tahun 2020.

Produk-produk farmasi – termasuk kosmetik, jamu, serta obat-obatan herbal merupakan salah satu sektor andalan dan prioritas dalam pemulihan perekonomian nasional, menurut Penny. Hal ini ternyata sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 seperti yang dirangkum dari Fortune Indonesia: Media Bisnis dan Ekonomi.

 

Pemicu peningkatan registrasi

Jika didasarkan pada peningkatan data registrasi komestik dan obat-obatan tradisional dari BPOM, sepertinya ada banyak pelaku usaha yang pindah haluan dari sektor lain ke sektor tradisional dan kosmetik. Kedua sektor ini memang sedang naik-naiknya di masa pandemi virus corona ini.

“Yang kedua, kemungkinan juga memang karena permintaan dari masyarakat yang semakin menyadari untuk hanya membeli produk-produk yang teregistrasi di BPOM. Artinya adalah terjamin, dikaitkan dengan aspek keamanan, mutu, dan manfaat dari produk obat dan makanan dalam arti luas,” tambahnya.

 

Komitmen BPOM

Penny menjelaskan bahwa BPOM memiliki komitmen untuk mengutamakan pembinaan terhadap UMKM yang bergerak di bidang farmasi, yaitu obat-obatan dan kosmetik. Pembinaan ini tentu saja memiliki tujuan yang visioner ke depan, diharapkan UMKM bisa memiliki daya saing baik di dalam maupun luar negeri.

Selain itu, Penny juga menambahkan bahwa kita wajib bersyukur bahwa penanganan pandemi covid 19 sudah mulai membaik di Indonesia. Ia berpendapat bahwa kita perlu mempersiapkan diri, salah satunya melalui produk-produk tradisional, seperti jamu maupun kosmetik lokal yang memiliki daya saing, unik, serta berbasis alami.

 

Pengembangan wellness tourism

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya, kita juga memiliki banyak sekali daerah dengan akses pariwisata ini. Daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, harusnya bisa mempersiapkan produk-produk obat serta kosmetik yang alami. Hal ini disebabkan karena dunia saat ini juga sedang mengacu pada konsep “back to nature”.

“Indonesia memiliki potensi di keanekaragaman hayati. Bahan-bahan alamnya bisa diolah menjadi produk jamu, obat herbal dan juga kosmetik. Dan ini adalah apa yang kita sebut dengan wellness tourism,” katanya.

Wellness tourism merupakan sebuah sub-sektor pariwisata kebugaran yang memiliki tujuan dalam pencapaian kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Sektor pariwisata ini biasanya berbasiskan alam serta kearifan lokal yang ada. Penggunaan konsep ini tentu saja tidak bisa lepas dari pemanfaatan kekayaan alam dalam produk herbal dan kosmetik yang telah ada sejak dahulu kala.

UMKM Indonesia harus menghadapi beberapa tantangan menurut dirinya. Tantangan ini berupa perizinan, bahan baku, permodalan, produksi, inovasi, pemasaran, akses terhadap teknologi dan informasi, serta kapasitas sumber daya manusia.

Oleh karena itu, diperlukannya kerja sama setiap elemen masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata ini.